top of page

Aspek Manajemen Proyek Konstruksi dan Tujuannya

Dalam sebuah pengerjaan pelaksanaan proyek konstruksi, dibutuhkan yang namanya perencanaan tahapan manajemen. Salah satu yang tidak boleh terlewatkan adalah manajemen proyek konstruksi. Umumnya manajemen konstruksi membantu tim untuk mengatur, melacak, dan melaksanakan pekerjaan dalam pelaksanaan proyek. 


Untuk melaksanakan manajemen konstruksi, Anda juga perlu melakukan beberapa struktur. Yakni membantu tim merencanakan, mengelola, dan melaksanakan pekerjaan untuk memenuhi persyaratan proyek tepat waktu. 


Menurut kami, penting bagi Anda untuk merencanakan sebuah manajemen proyek konstruksi sebelum melaksanakan sebuah proyek. Pada artikel di bawah ini, kami akan mengulas terkait pengertian manajemen proyek konstruksi dan mencapai tujuan utama.

Aspek Manajemen Proyek Konstruksi dan Tujuannya

Key takeaways: 

  • Manajemen proyek konstruksi adalah sebuah usaha manajemen yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan proyek dari awal hingga akhir. 

  • Salah satu tujuan dari manajemen proyek konstruksi yakni mengelola risiko kegagalan proyek.

  • Beberapa tahapan dalam manajemen konstruksi yang harus Anda ketahui yakni tahapan inisiasi, perencanaan, hingga penutupan. 


Mengenal Lebih Dekat Arti Manajemen Proyek Konstruksi

Manajemen proyek konstruksi adalah tatanan atau susunan dari berbagai elemen, yang terdapat pada sebuah bangunan. Selain itu juga meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pelaksanaan proyek dari awal hingga akhir. 


Menurut (Soeharto, 1997) kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas. Tentunya dengan sumber daya tertentu dan dimaksudkan, untuk melaksanakan tugas serta sasaran dan tujuannya telah digariskan dengan jelas.


Beberapa langkah yang telah dicetuskan oleh Soeharto, kemudian dikenal dengan fungsi-fungsi manajemen yakni:

1. Merencanakan (Planning)

2. Mengorganisasi (Organizing)

3. Mengisi jabatan (Staffing)

4. Mengarahkan (Directing)

5. Mengendalikan (Controlling)


Tujuan Manajemen Proyek Konstruksi

1. Memaksimalkan Potensi Sumber Daya Manusia (SDM)

Kesuksesan sebuah proyek tergantung pada kualitas SDM yang digunakan. Untuk mewujudkan hal tersebut, manajemen proyek konstruksi akan sangat dibutuhkan. Mengelola dan mengembangkan potensi SDM dengan optimal merupakan salah satu tujuan utama manajemen proyek konstruksi. 


2. Memanfaatkan Peluang-peluang di Dalam Proyek

Pengelolaan proyek harus dilakukan dengan tepat dan cermat. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, termasuk dengan mengembangkan proyek untuk mendapatkan peluang-peluang baru. Namun perlu digaris bawahi tanpa mengubah nilai atau tujuan utama, yang akan dicapai dalam proyek tersebut. 


3. Mengelola Risiko Kegagalan Proyek

Manajemen konstruksi juga akan mengelola berbagai risiko, salah satunya adalah yang mungkin akan menggagalkan proyek. Tujuan ini ada agar proyek tersebut bisa sukses dan terhindar dari kegagalan, sehingga mampu mencapai tujuan sesuai rencana.


4. Membuat Perencanaan yang Tepat

Proyek yang sukses tentu harus diawali dengan sebuah perencanaan yang matang sejak awal. Untuk mencapai kesuksesan tersebut, manajemen proyek akan sangat berperan dalam menjaga ritme yang sesuai rencana proyek. Sehingga setiap tahap bisa dieksekusi dengan baik dan sesuai perencanaan. 


5. Mengelola Integritas

Manajemen proyek mampu membuat rasa percaya diri para stakeholder menjadi lebih tinggi. Bukan hanya selama pembangunan proyek, namun hal ini akan terlihat jelas sampai di akhir saat proyek tersebut sudah berhasil diselesaikan dengan baik. 



Tugas Manajemen Proyek Konstruksi

Berikut adalah beberapa tugas manajemen proyek konstruksi yang harus Anda pahami.

  • Melakukan pengawasan terhadap pengerjaan proyek di lapangan, untuk memastikan apakah semua pekerjaan sudah berjalan sesuai metode konstruksi yang seharusnya. 

  • Meminta laporan tertulis terkait progres serta penjelasan masing-masing item dari kontraktor.

  • Memberi teguran atau menghentikan proses pengerjaan proyek, jika tidak berjalan sesuai dengan kesepakatan awal. 

  • Melaksanakan rapat secara berkala (mingguan dan bulanan) dengan menghadirkan konsultan, wakil owner, dan juga kontraktor. 

  • Berhubungan secara langsung dengan owner maupun wakil owner untuk menyampaikan berbagai hal terkait proyek yang ditangani. 

  • Melaporkan progres pengerjaan proyek kepada owner secara langsung. 

  • Mengesahkan material-material yang akan dipakai dalam proyek, untuk memastikan apakah sudah sesuai dengan spesifikasi yang tertera dalam kontrak. 

  • Mengatur, memberi arahan dan mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan yang dijalankan oleh kontraktor terkait aspek mutu dan waktu penyelesaiannya. Mengesahkan perubahan kontrak, hal ini berfungsi jika sewaktu-waktu kontraktor mengajukannya. 

  • Melakukan pemeriksaan gambar shop drawing yang diberikan kontraktor, sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan.  

  • Secara berkala melakukan peninjauan ulang metode pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan kontraktor, agar sesuai dengan syarat K3LMP “Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Lingkungan, Mutu dan Pengamanan”.  

  • Memberikan Site Instruction secara tertulis, jika sewaktu-waktu terdapat pekerjaan yang harus dilaksanakan namun tidak tercantum pada kontrak yang sudah dibuat sebelumnya. 


Fungsi Manajemen Proyek Konstruksi

Fungsi Manajemen Proyek Konstruksi

1. Fungsi Perencanaan (Planning)

Perencanaan atau planning merupakan fungsi utama dalam manajemen proyek. Fungsi yang satu ini dapat menentukan akan seperti apa, kapan, serta bagaimana proyek tersebut dijalankan. 


Dalam hal ini manajer konstruksi memiliki peran penting dalam mengambil keputusan atas rencana pembuatan konstruksi yang sesuai.


2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

Selanjutnya yakni fungsi pengorganisasian atau organizing. Fungsi ini ditujukan untuk membentuk divisi atau beberapa organisasi yang tentu saja dibutuhkan dalam melaksanakan proyek yang sudah direncanakan sebelumnya. 


Terlebih, manajer memiliki hak dalam mengambil keputusan siapa saja anggota yang ditempatkan dalam kelompok atau divisi tersebut.


3. Fungsi Pengarahan (Actuating)

Pengarahan atau actuating berfungsi untuk melakukan pembinaan atau pengarahan. Misalnya seperti memberikan bimbingan, memberikan pelatihan, dan lain-lain.


Hal tersebut bertujuan agar setiap tanggung jawab yang diberikan kepada anggota tim, dapat dilaksanakan dengan semaksimal mungkin serta dapat berjalan dengan lancar sesuai rencana.


4. Fungsi Pengendalian (Controlling)

Fungsi terakhir dari manajemen proyek konstruksi adalah fungsi pengendalian atau controlling. Sesuai dengan namanya, pengendalian berfungsi dan berperan sebagai pengawas. Pengawas dalam hal ini adalah pengawas terhadap semua kegiatan yang berjalan di proyek. 


Tidak hanya itu, fungsi pengendalian juga bertindak untuk melakukan evaluasi apabila terjadi penyimpangan di dalam satu divisi selama proyek konstruksi berlangsung. Dengan adanya pengawasan, manajer konstruksi dapat mengambil langkah pencegahan dan berupaya melakukan antisipasi terhadap adanya penyimpangan tersebut.


Tahapan Manajemen Proyek Konstruksi

Dalam proses pelaksanaannya, manajemen proyek konstruksi terbagi menjadi beberapa tahapan. Tahapan tersebut akan dijelaskan di bawah:


1. Tahap Inisiasi (Initiation)

Tahap initiation atau inisiasi merupakan tahap pembuktian bahwa proyek yang akan dijalankan memiliki value dan layak untuk dijalankan. Umumnya, pada tahap ini akan dimulai dengan membuat dokumen business case yang berisi perihal kebutuhan proyek hingga perkiraan keuntungan finansial.


Laporan atau dokumen tersebut nantinya akan diajukan kepada yang bersangkutan untuk menentukan apakah proyek dapat dilanjutkan atau justru ditunda. 


2. Tahap Perencanaan (Planning)

Apapun jenis proyeknya, perencanaan menjadi salah satu kunci keberhasilan setiap proyek yang akan dijalankan. Pada tahap ini, manajer proyek akan membuat perencanaan yang terdiri dari informasi penting terkait proyek. Misalnya seperti alur kerja, hingga estimasi biaya yang akan dikeluarkan hingga proyek selesai dilakukan.


Meski begitu, tahap perencanaan cukup memakan proses panjang bahkan hingga proyek selesai dijalankan. Hal tersebut tentu karena saat pelaksanaan selalu ada saja perubahan yang terjadi.


3. Tahap Eksekusi (Execution)

Apabila tahap perencanaan selesai dilakukan, maka proyek konstruksi pun dimulai atau masuk ke tahap eksekusi. Pada tahap ini, proyek akan dikembangkan dan juga diselesaikan. 


Selama proyek konstruksi mulai, tim proyek harus terus memantau dan juga memastikan bahwa semua yang sudah direncanakan di awal berjalan sebagaimana mestinya.


4. Tahap Pemantauan (Monitoring)

Sesuai dengan namanya, pada tahap pemantauan manajer proyek memiliki peran penting untuk selalu memantau jalannya proyek. Namun tidak hanya itu, manajer proyek juga bertindak untuk menyesuaikan jadwal proyek dengan perubahan-perubahan serta hambatan-hambatan yang mungkin muncul ketika proyek berlangsung.


Hal tersebut dilakukan guna mempertahankan kendali proyek, sehingga proyek dapat berjalan lancar dan selesai tepat pada waktunya.


5. Tahap Penutupan (Closure)

Tahap penutupan menjadi tahap terakhir dalam manajemen proyek konstruksi. Di tahap penyelesaian atau penutupan, manajer proyek akan memeriksa dan memastikan apakah proyek yang telah selesai sesuai dengan rencana dan tujuan awal. Selain itu juga apakah dapat diselesaikan berdasarkan estimasi anggaran awal.


Manajer proyek juga akan menyusun laporan yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk pembangunan proyek selanjutnya.



Contoh Manajemen Proyek Konstruksi

1. Proyek Industri Manufaktur

Contoh pertama adalah penerapan project management pada industri manufaktur, untuk mendukung rancangan produksi suatu produk secara menyeluruh. Misalnya pada industri mebel, tekstil, dan juga bahan baku pada beberapa perusahaan di Indonesia.


2. Proyek Manajemen Konstruksi

Kedua adalah proyek yang berhubungan dengan manajemen proyek. Misalnya melakukan pembangunan untuk fasilitas umum atau sarana publik. 


Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah pembangunan jalan tol, pembangunan bendungan, pembangunan jembatan, pembangunan listrik, dan pembangunan gedung.


3. Proyek Padat Modal

Proyek padat modal memiliki arti yakni mengembangkan project dengan skala yang besar dan dengan menggunakan bantuan mekanik atau robot. 


Istilah padat dalam hal ini yaitu mengacu pada proses eksekusi yang membutuhkan modal yang besar. Sehingga biasanya untuk mengembangkan proyek ini, dapat dilakukan oleh perusahaan berskala besar saja.


Seiring dengan berkembangnya zaman, terkadang pengerjaan konstruksi dirasa semakin berat. Untuk itu Anda memerlukan beberapa alat berat sebagai bantuan, misalnya forklift. Anda dapat menggunakan jasa sewa forklift dari Asheforklift.


Kapasitas dan mutu produk serta layanan merupakan komponen utama yang harus diperhatikan. Semua alat berat di Asheforklift tentunya terawat dengan baik. Apakah tertarik untuk mengetahui Asheforklift lebih lanjut? Silahkan klik link ini.

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


Commenting has been turned off.
Post: Blog2_Post
bottom of page